Citra Satelit Landsat

Citra Satelit Landsat

SEJARAH SINGKAT SATELIT LANDSAT
Satelit Landsat pertama diluncurkan pada tahun 1972, satelit ini terkenal dengan kemampuannya merekam permukaan bumi dari angkasa. Program ini dulunya disebut Earth Resources Observation Satellites Program ketika dimulai tahun 1966, namun diubah menjadi Landsat pada tahun 1975. Yang paling akhir Landsat 7, diluncurkan tanggal 15 April 1999. Landsat-7 ini dilengkapi dengan Enhanced Thematic Mapper Plus (ETM+), yang merupakan kelanjutan dari program Thematic Mapper (TM) yang diusung sejak Landsat-5. Saluran pada satelit ini pada dasarnya adalah sama dengan 7 saluran pada TM, namun diperluas dengan saluran 8 yaitu Pankromatik. Saluran 8 ini merupakan saluran berresolusi tinggi yaitu seluas 15 meter. Berikut adalah urutan peluncuran satelit landsat :
·         Landsat 1 (mulanya dinamakan Earth Resources Technology Satellite 1) - diluncurkan 23 Juli 1972, operasi berakhir tahun 1978
·         Landsat 2 - diluncurkan 22 Januari 1975, berakhir 1981
·         Landsat 3 - diluncurkan 5 Maret 1978, berakhir 1983
·         Landsat 4 - diluncurkan 16 Juli 1982, berakhir 1993
·         Landsat 5 - diluncurkan 1 Maret 1984, masih berfungsi
·         Landsat 6 - diluncurkan 5 Oktober 1993, gagal mencapai orbit
·         Landsat 7 - diluncurkan 15 April 1999, masih berfungsi

CARA KERJA SATELIT LANDSAT
Setiap benda atau obyek mempunyai karakteristik pantulan atau pancaran yang unik dan berbeda apabila jenis depresi atau kondisi lingkungan berbeda. Penginderaan jauh adalah suatu teknologi untuk mengidentifikasi dan memahami benda atau kondisi lingkungan melalui keunikan pantulan atau pancaran. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data penginderaan iauh dapat bersifat optik berupa foto, bersilat analog berupa sinyal-sinyal video seperti gambar pada monitor televisi atau bersifat digital yang dapat langsung disimpan pada suatu pita magnetik.
Komputer digital bekerja dengan angka-angka presisi terhingga, sehingga hanya citra dan kelas Diskrit-Oiskrit yang dapat diolah dengan komputer yang lebih dikenal sebagai citra digital yang merupakan suatu array dua dimensi atau sebuah matriks. Pengenalan pola sering juga merupakan bagian dan pengolahan citra seperti misalnya proses klasifikasi. Karakteristik suatu obyek pada pengamatan secara spektral biasanya mempunyai pola tertentu sebagai contoh diambil citra hasil pengamatan sistem satelit sumber daya alam landsat, sedangkan teknik-teknik peningkatan citra meliputi konversi skala keabuan ( Grey Scale ) biasanya diterapkan pada keluaran citra untuk menginterprestasikan sebuah citra. Atmosfer terdiri dari berbagai partikel yang selain bersifat sebagai penghantar energi matahari dapat juga menimbulkan gangguan pada data yang direkarn, sasarannya dalam hal ini adalah suatu daerah pada permukaan bumi, pengolahan citra secara digital pada aplikasi ini baru berkembang setelah digunakan sistem satelit dalam teknik penginderaan jauh.
Data penginderaan jauh diolah secara otomatis oleh komputer dan atau secara manual ditafsirkan oleh seseorang dan akhirnya dimanfaatkan dalam bidang kedokteran, pertanian, kehutanan, ilmu kelautan, pemetaan, lingkungan, tata ruang kota dan lain-lain. Data penginderaan jauh yang diperoleh dari satelit TM-Landsat.S oleh stasiun bumi dalam bentuk data digital High Dencity Digital Tape ( HDDT ) ditransfer ke dalam Computer Compatible Tape ( CCT ) agar dapat disimpan di dalam sebuah disket atau hardisk pada komputer PC. Data penginderaan jauh dalam tahap ini menggunakan sistem klasifikasi terawasi dengan metode minimum distance pada aplikasi pemetaan tata ruang kota khususnya Jakarta - Tangerang dengan menggunakan aplikasi dalam bahasa pemrograman Pascal.

PEMANFAATAN SATELIT LANDSAT
Citra satelit Landsat dan Spot yang mempunyai resolusi spasial dan spektral tinggi mampu membantu mencari faktor penyebab banjir, erosi dan tanah longsor dalam wilayah ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS).  Peran citra satelit Landsat dan Spot yang mempunyai keunggulan dalam resolusi spasial dan spektral membantu dalam penyediaan data regional dalam penentuan lokasi Stasiun Pengamat Aliran Sungai (SPAS) untuk pemantauan banjir, sedimen, dan sampah, karena kemampuannya untuk menggambarkan kondisi karakter ekosistem DAS secara digital. Selain itu, integrasi citra satelit Landsat dan Spot dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) mampu memetakan dan membuat tampilan menarik daerah rawan banjir dan kekeringan, gejala erosi, dan tanah longsor.


SUMBER :


NAMA : HUSNUL KHALID          
NPM   : 140710080139

0 komentar:

Posting Komentar

berikan komentar


ShoutMix chat widget

About this blog

blog ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah teknologi informasi jurusan geologi unpad.. blog ini disusun oleh kelompok 1a yang beranggotakan NISA INDAH P; Maurice; Ghozian; Afryan; Oktarian ; Annisa Barkah; Husnul; Raden Haryo; Tommy; Lutfi A H; Hafis Aditya Dafani; Aditya Rangga; ; Putu Ayu A; Arif Kurniawan